11 Diferensiasi sosial menurut agama dalam suatu kelompok sosial yang disebut a. Sekte b. Umat c. Etnis d. Clan Jawaban : B. 12. Yang ialah diferensiasi sosial yang terjadi secara alamiah adalah pembagian secara a. Profesi b. Politik c. Ras d. Ekonomi Jawaban : C. 13. Diferensiasi sosial menurut gender pada penduduk maju dikaitkan 10 Diferensiasi berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan a. Kepribadian b. Keahliannya c. Tingkah laku d. Pola pendidikan e. Keturunan 11. Stratifikasi sosial di masyarakat terbentuk karena adanya.. a. Kemajemukan dalam masyarakat b. Penghargaan lebih terhadap sesuatu c. Dominasi terhadap kelompok lain d. 28Diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama terwujud dalam kenyataan. 28 diferensiasi sosial berdasarkan perbedaan agama. School Trisakti School of Management; Course Title ACCOUNTING 101; Type. Notes. Uploaded By Riqqiii. Pages 239 This preview shows page 217 - 220 out of 239 pages. Perubahankecil merupakan perubahan yang tidak menyangkut aspek-aspek penting dalam masyarakat. Contohnya yaitu perubahan pada mode pakaian. berdasarkan wilayah kegiatannya bursa tenaga kerja merupakan contoh pasar upaya yang dilakukan dalam membina persatuan dan kesatuan dilingkungan sekolah. 5 menit ago. berikut yang merupakan mediasosial yang telah di terapkan dan di aplikasikan oleh masyarakat. hal ini merupakan keterkaitan modernisasi dan globalisasi dalam proses perubahan sosial dalam masyarakat. (Harara 2016) Kalau kita melihat kasus yang terjadi di indonesia, banyak anak muda kita yang selalu menirukan budaya asing seperti budaya Dalamartikel kali ini kita akan belajar tentang berbagai macam bentuk diferensiasi sosial di masyarakat. Apa saja bentuk-bentuknya? 1. Diferensiasi Ras. Ras merupakan mengelompokkan masyarakat berdasarkan ciri fisik yang dimiliki seperti, rambut, warna bola mata, bentuk hidung, warna kulit, dan lain sebagainya. . Perbedaan Berdasarkan Gender Pada Masyarakat Maju Dikaitkan Dengan – Perbedaan Berdasarkan Gender Pada Masyarakat Maju Dikaitkan Dengan Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya Pada masyarakat maju, perbedaan gender menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keadaan sosial, ekonomi, dan budaya. Keadaan ini telah mempengaruhi bagaimana masyarakat berinteraksi, melakukan pekerjaan yang dianggap lebih baik, dan bersikap terhadap isu-isu tertentu. Dari segi sosial, ada banyak perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki biasanya lebih didorong untuk menjadi lebih agresif dan berani dalam mengambil keputusan. Mereka juga cenderung mendapat lebih banyak kesempatan untuk mencapai keberhasilan dalam bidang yang berbeda. Sementara perempuan lebih didorong untuk mengambil posisi yang lebih pasif dan membuat pilihan yang lebih hati-hati. Perempuan juga mendapat kurang kesempatan untuk mencapai kesuksesan dalam bidang tertentu. Dari segi ekonomi, perbedaan gender juga dapat dilihat. Laki-laki lebih mungkin untuk memiliki pekerjaan yang lebih berprestise dan lebih banyak pendapatan. Mereka juga lebih mungkin untuk menjadi pemimpin di tempat kerja. Sementara perempuan, meskipun mereka kadang-kadang dapat mendapatkan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, seringkali mereka harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan gaji yang sama. Dari segi budaya, perbedaan gender juga cukup jelas. Laki-laki cenderung dibanggakan lebih banyak daripada perempuan, dan perempuan biasanya dianggap kurang berharga dibandingkan laki-laki. Perempuan juga lebih mungkin untuk mendapatkan tekanan untuk mengikuti peraturan dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat. Dengan begitu, perbedaan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan berbagai aspek keadaan sosial, ekonomi, dan budaya. Perbedaan ini dapat mempengaruhi bagaimana orang-orang di masyarakat berinteraksi, membuat keputusan, dan mengejar kesuksesan. Oleh karena itu, penting untuk berkomitmen untuk menghapus gender gap dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang untuk menjadi sukses. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Perbedaan Berdasarkan Gender Pada Masyarakat Maju Dikaitkan 1. Laki-laki biasanya lebih didorong untuk menjadi lebih agresif dan berani dalam mengambil keputusan dibandingkan 2. Laki-laki lebih mungkin untuk memiliki pekerjaan yang lebih berprestise dan lebih banyak 3. Laki-laki cenderung dibanggakan lebih banyak daripada 4. Perempuan lebih didorong untuk mengambil posisi yang lebih pasif dan membuat pilihan yang lebih 5. Perempuan juga mendapat kurang kesempatan untuk mencapai kesuksesan dalam bidang 6. Perempuan seringkali harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan gaji yang sama dengan 7. Perempuan juga lebih mungkin untuk mendapatkan tekanan untuk mengikuti peraturan dan norma yang ditetapkan oleh 8. Penting untuk berkomitmen untuk menghapus gender gap dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang untuk menjadi sukses. 1. Laki-laki biasanya lebih didorong untuk menjadi lebih agresif dan berani dalam mengambil keputusan dibandingkan perempuan. Masyarakat maju mengacu pada masyarakat yang berada di negara-negara yang berkembang, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris. Di masyarakat ini, terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kemampuan untuk mengambil keputusan. Ini terutama berlaku ketika datang ke kemampuan untuk bersikap agresif dan berani saat membuat keputusan. Perbedaan gender ini banyak diperdebatkan secara kontroversial. Salah satu alasan yang diberikan adalah bahwa masyarakat maju mengajarkan bahwa laki-laki harus menjadi pemimpin, sementara perempuan harus mengikuti. Karena ini, laki-laki dibiasakan untuk bersikap lebih agresif dan berani ketika mengambil keputusan. Selain itu, masyarakat maju juga memiliki budaya patriarki, di mana laki-laki dianggap lebih kuat dan berpengaruh daripada perempuan. Ini menciptakan lingkungan yang cenderung mengharuskan laki-laki untuk lebih agresif dan berani dalam mengambil keputusan. Ini dapat dilihat dalam cara di mana laki-laki dianggap lebih layak untuk memegang posisi tinggi di perusahaan atau di sektor publik. Selain itu, masyarakat maju juga memiliki perbedaan gender yang berakar pada sistem nilai dan keyakinan yang dianut. Laki-laki biasanya lebih dianggap sebagai pihak yang mengambil keputusan, sementara perempuan biasanya dianggap sebagai pihak yang dipaksa untuk mengikuti. Hal ini disebabkan oleh kultur yang berakar pada pandangan bahwa laki-laki memiliki hak untuk mengambil keputusan, sementara perempuan dilarang mengambil inisiatif. Kesimpulannya, masyarakat maju memiliki perbedaan gender yang signifikan dalam hal kemampuan untuk mengambil keputusan. Laki-laki dianggap lebih berani dan agresif dalam mengambil keputusan daripada perempuan. Ini disebabkan oleh budaya patriarki dan sistem nilai yang telah berkembang di masyarakat maju. Dengan demikian, ini menciptakan situasi di mana laki-laki lebih didorong untuk mengambil keputusan dengan lebih agresif dan berani daripada perempuan. 2. Laki-laki lebih mungkin untuk memiliki pekerjaan yang lebih berprestise dan lebih banyak pendapatan. Masyarakat maju merupakan aspek penting dalam memahami perubahan sosial dan budaya di seluruh dunia. Di masyarakat maju, ada beberapa perbedaan berdasarkan gender yang berpengaruh pada kehidupan seseorang. Salah satu perbedaan yang paling signifikan adalah bahwa laki-laki lebih mungkin untuk memiliki pekerjaan yang lebih berprestise dan lebih banyak pendapatan. Hal ini karena perbedaan gender yang ada dalam masyarakat maju. Banyak faktor yang berkontribusi terhadap perbedaan ini. Salah satunya adalah karena masyarakat maju biasanya menganut sistem patriarki. Sistem patriarki adalah sistem yang menempatkan laki-laki sebagai pemimpin di rumah tangga dan di luar rumah tangga. Dengan kata lain, laki-laki dianggap lebih layak untuk memimpin dan menjalankan pekerjaan yang lebih berprestise dan menghasilkan lebih banyak pendapatan. Selain sistem patriarki, masalah gender juga dapat dilihat dari pandangan konvensional dan stereotip. Di masyarakat maju, ada beberapa pekerjaan yang dianggap lebih sesuai untuk laki-laki dan beberapa pekerjaan yang dianggap lebih sesuai untuk perempuan. Contohnya, laki-laki lebih mungkin untuk menduduki pekerjaan yang berkaitan dengan teknologi, sains, atau politik, sementara perempuan lebih mungkin untuk menduduki pekerjaan yang berkaitan dengan keluarga, kesehatan, dan pendidikan. Ini berarti bahwa laki-laki lebih mungkin untuk menduduki pekerjaan yang lebih berprestise dan menghasilkan lebih banyak pendapatan daripada perempuan. Ketidakseimbangan gender juga dapat dilihat dalam diskriminasi gender. Di masyarakat maju, diskriminasi gender masih terjadi dan perempuan masih menghadapi banyak kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih berprestise atau menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Mereka sering kali menghadapi diskriminasi berdasarkan usia, ras, agama, dan orientasi seksual. Hal ini membuat sulit bagi perempuan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi. Kesimpulannya, laki-laki lebih mungkin untuk memiliki pekerjaan yang lebih berprestise dan lebih banyak pendapatan di masyarakat maju. Hal ini disebabkan oleh sistem patriarki, pandangan konvensional dan stereotip, dan diskriminasi gender. Karena ini, penting bagi kita untuk mendukung perempuan dalam mencapai kesetaraan gender dan mengakhiri ketidakseimbangan gender di masyarakat maju. 3. Laki-laki cenderung dibanggakan lebih banyak daripada perempuan. Masyarakat maju adalah masyarakat yang berkembang maju secara ekonomi, sosial, dan teknologi. Mereka memiliki pendidikan dan pelayanan kesehatan yang baik, serta menikmati hak-hak sosial dan politik yang lebih luas daripada masyarakat yang tidak maju. Namun, masyarakat maju juga memiliki beberapa struktur yang menghalangi kesetaraan jenis kelamin. Salah satu cara yang paling umum digunakan untuk membanggakan laki-laki di masyarakat maju adalah melalui pengakuan publik. Laki-laki cenderung dianggap sebagai lebih berharga daripada perempuan ketika datang untuk berbicara tentang pencapaian, dan mereka cenderung mendapatkan lebih banyak publisitas, pujian, dan penghormatan daripada perempuan. Ini dapat dilihat dari berbagai aspek masyarakat, termasuk pendidikan, karir, dan media. Di sekolah, laki-laki cenderung dibanggakan lebih banyak daripada perempuan. Mereka dihormati lebih tinggi daripada perempuan, dan diberi peluang lebih besar untuk memperoleh gelar akademis. Guru juga cenderung memberikan lebih banyak perhatian kepada laki-laki ketika menjawab pertanyaan dan mengajari topik yang lebih kompleks. Di tempat kerja, laki-laki cenderung mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi daripada perempuan untuk posisi yang sama. Mereka juga cenderung mendapatkan peluang untuk mengembangkan karir yang lebih baik, serta dihormati lebih tinggi dan dianggap sebagai lebih sukses oleh atasan mereka. Di media, laki-laki cenderung mendapatkan lebih banyak perhatian daripada perempuan. Mereka cenderung memimpin cerita, dan banyak dari mereka dianggap sebagai pahlawan dan tokoh yang dihormati. Selain itu, laki-laki cenderung ditampilkan dalam posisi yang berpengaruh dan bertanggung jawab, sedangkan perempuan cenderung hanya menjadi karakter pendukung. Meskipun ada beberapa perubahan dalam cara masyarakat maju melihat gender, laki-laki masih cenderung dibanggakan lebih banyak daripada perempuan. Ini dapat dilihat dari berbagai aspek dari masyarakat, dan banyak orang yang percaya bahwa perbedaan gender masih lebih kuat daripada kesetaraan gender. Oleh karena itu, penting untuk membuat upaya untuk mengurangi perbedaan ini dan memberikan setara kesempatan bagi laki-laki dan perempuan untuk meraih kesuksesan dan pengakuan. 4. Perempuan lebih didorong untuk mengambil posisi yang lebih pasif dan membuat pilihan yang lebih hati-hati. Masyarakat maju dapat didefinisikan sebagai negara yang memiliki ekonomi yang maju dan masyarakat yang berpendidikan tinggi. Masyarakat maju di Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang adalah contoh yang baik. Perbedaan berdasarkan gender dapat dilihat di masyarakat maju ini. Di masyarakat maju, perempuan lebih didorong untuk mengambil posisi yang lebih pasif dan membuat pilihan yang lebih hati-hati. Pertama-tama, di masyarakat maju, kesetaraan gender masih menjadi masalah. Meskipun ada banyak kesetaraan gender dalam undang-undang, masih ada banyak tantangan untuk mencapai kesetaraan gender di tingkat masyarakat. Di masyarakat maju, meskipun perempuan mungkin memiliki akses yang sama untuk pendidikan dan pekerjaan, namun perempuan masih lebih mungkin untuk mengambil posisi yang lebih pasif dan membuat pilihan yang lebih hati-hati. Kedua, masyarakat maju masih menghadapi masalah gender dalam hal pekerjaan. Meskipun ada banyak pekerjaan yang diakses secara luas untuk kedua jenis kelamin, namun perempuan masih lebih mungkin untuk mengambil pekerjaan yang lebih pasif dan tidak bergengsi. Beberapa contoh ini adalah pekerjaan dalam bidang kesehatan, perawatan, dan pelayanan. Di masyarakat maju, perempuan mungkin memiliki akses yang sama untuk pekerjaan yang bersifat lebih aktif seperti pekerjaan di bidang teknologi, namun perempuan masih lebih mungkin untuk mengambil pekerjaan yang lebih pasif. Ketiga, masyarakat maju masih menghadapi masalah gender dalam hal pengambilan keputusan. Di masyarakat maju, perempuan mungkin memiliki akses yang sama untuk mengambil keputusan, namun perempuan masih lebih mungkin untuk mengambil keputusan yang lebih hati-hati. Ini dikarenakan perempuan masih dianjurkan untuk menjalankan peran yang lebih pasif dan penuh perhatian. Di masyarakat maju, perempuan masih merasa bahwa mereka harus membuat pilihan yang hati-hati dan berhati-hati dalam mengambil keputusan. Keempat, masyarakat maju masih menghadapi masalah gender dalam hal hak asasi manusia. Di masyarakat maju, perempuan masih dihadapkan dengan kesenjangan gender dalam hak asasi manusia. Di masyarakat maju, perempuan masih dihadapkan dengan diskriminasi gender, seperti diskriminasi dalam hak pekerjaan, hemat, dan hak-hak lainnya. Di masyarakat maju, perempuan masih dihadapkan dengan kesulitan untuk mengambil posisi yang lebih aktif dalam hak asasi manusia. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa di masyarakat maju, perempuan lebih didorong untuk mengambil posisi yang lebih pasif dan membuat pilihan yang lebih hati-hati. Meskipun ada banyak kesetaraan gender dalam undang-undang, masih ada banyak kesenjangan gender di masyarakat maju. Hal ini dapat dilihat dari pekerjaan, pengambilan keputusan, dan hak asasi manusia. Oleh karena itu, adalah penting untuk memastikan bahwa kesetaraan gender tercapai di masyarakat maju melalui program, regulasi, dan strategi yang diadopsi untuk mencapai kesetaraan gender. 5. Perempuan juga mendapat kurang kesempatan untuk mencapai kesuksesan dalam bidang tertentu. Perbedaan berdasarkan gender di masyarakat maju telah menyebabkan ketimpangan antara kesempatan dan hasil bagi laki-laki dan perempuan. Perempuan masih merasakan pengaruh budaya patriarki yang menempatkan mereka pada posisi yang lebih rendah dalam masyarakat. Mereka juga memiliki keterbatasan akses terhadap sumber daya dan teknologi yang dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka. Kesenjangan gender dalam masyarakat maju telah menghambat kesempatan perempuan untuk mencapai kesuksesan. Perempuan masih mendapat kurang kesempatan untuk mencapai kesuksesan dalam bidang tertentu. Mereka kurang berkesempatan untuk mengakses sumber daya dan teknologi yang dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka. Perempuan juga kurang berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan mereka. Perbedaan gender di bidang pekerjaan telah menyebabkan perempuan terpaksa bekerja pada pekerjaan yang kurang menghasilkan, dan membuat mereka rentan terhadap diskriminasi. Dan, banyak perempuan yang berada dalam keadaan kemiskinan karena kesempatan yang lebih rendah untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Selain itu, perempuan juga sering kali mendapatkan kurang akses terhadap pendidikan. Mereka juga kurang berkesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pendidikan yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Perempuan juga kurang berkesempatan untuk mengakses informasi dan teknologi yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Selain itu, perempuan juga biasanya menghadapi lebih banyak tekanan dari lingkungan sosial. Mereka diharapkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak-anak, dan bekerja, yang semuanya dapat menghambat kinerja mereka di luar pekerjaan. Perempuan juga biasanya menghadapi lebih banyak hambatan dalam mencapai kesuksesan dalam bidang tertentu. Mereka kurang berkesempatan untuk mengakses sumber daya dan teknologi yang dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka. Mereka juga biasanya mendapatkan diskriminasi dan ketimpangan dalam pemberian promosi dan peningkatan gaji. Dalam kesimpulan, perempuan di masyarakat maju masih mendapatkan kurang kesempatan untuk mencapai kesuksesan dalam bidang tertentu. Mereka kurang berkesempatan untuk mengakses sumber daya, pendidikan, dan informasi yang dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka. Mereka juga kurang berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, dan mereka biasanya menghadapi diskriminasi dan ketimpangan dalam pemberian promosi dan peningkatan gaji. 6. Perempuan seringkali harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan gaji yang sama dengan laki-laki. Masyarakat maju telah berkembang dari waktu ke waktu. Salah satu hal yang berubah adalah bagaimana perbedaan gender dipandang dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kemajuan sosial, perbedaan gender semakin tidak penting. Namun, masih ada beberapa perbedaan yang terjadi antara laki-laki dan perempuan saat ini. Salah satu perbedaan yang utama adalah dalam hal pendapatan. Perempuan seringkali harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan gaji yang sama dengan laki-laki. Hal ini terjadi karena masih ada beberapa stereotip yang melekat pada perempuan di masyarakat maju. Perempuan seringkali dipandang sebagai orang yang lebih lemah dan lebih mudah untuk ditipu. Mereka juga cenderung mendapatkan pekerjaan yang disamakan dengan laki-laki, tetapi dengan gaji yang lebih rendah. Dampak dari ini adalah bahwa perempuan dalam masyarakat maju seringkali kurang memiliki kesempatan untuk maju. Mereka lebih mungkin untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih rendah bayaran dan lebih mungkin untuk berada di bawah pay gap. Pay gap adalah ketidaksetaraan gaji antara laki-laki dan perempuan. Ini bisa terjadi karena banyak alasan, termasuk stereotip, diskriminasi dan ketidaksetaraan tingkat pendidikan. Untuk mengurangi ketidaksetaraan gender, masyarakat maju harus menyadari perbedaan yang ada dan mengambil tindakan untuk menghentikannya. Negara harus menerapkan undang-undang yang menjamin bahwa laki-laki dan perempuan diberi kesempatan yang sama untuk mendapatkan pekerjaan dan gaji yang setara. Kebijakan juga harus diterapkan untuk memastikan bahwa stereotip dan diskriminasi gender tidak ada di tempat kerja. Selain itu, perusahaan harus mengambil tindakan untuk memastikan bahwa semua karyawan mendapatkan kesempatan yang sama, pekerjaan yang sama dan gaji yang sama. Ini dapat dilakukan dengan menerapkan kebijakan gaji yang transparan dan mengambil tindakan untuk menghilangkan diskriminasi berdasarkan gender. Dengan memastikan bahwa perempuan mendapatkan gaji yang sama dengan laki-laki, masyarakat maju dapat mengurangi ketidaksetaraan gender dan memastikan bahwa semua orang mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju. Ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi di masyarakat maju. 7. Perempuan juga lebih mungkin untuk mendapatkan tekanan untuk mengikuti peraturan dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat. Gender adalah salah satu faktor yang menentukan bagaimana seseorang berperilaku dan berinteraksi dengan lingkungannya. Ini terutama berlaku di masyarakat maju, di mana gender bias, gender stereotyping, dan gender-based discrimination masih terjadi, meskipun pada tingkat yang lebih rendah daripada di masyarakat tradisional. Perbedaan gender dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang, termasuk bagaimana mereka dipandang oleh masyarakat, bagaimana mereka dianggap di tempat kerja, dan bagaimana mereka diperlakukan di sekolah. Salah satu perbedaan utama antara perempuan dan laki-laki dalam masyarakat maju adalah bahwa perempuan lebih mungkin untuk dipaksa untuk mematuhi aturan dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat. Perempuan sering dianggap lebih “patuh” dan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial. Ini berbeda dengan laki-laki, yang dapat lebih mudah menolak untuk mematuhi aturan dan norma yang ditetapkan. Seiring dengan hal ini, perempuan juga lebih mungkin untuk mendapatkan tekanan untuk mengikuti peraturan dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat. Tekanan ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk orang tua, guru, dan teman sebaya. Orang tua sering menekankan pentingnya perempuan mengikuti norma-norma sosial dan mencoba untuk membimbing mereka untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat. Guru juga dapat menekan perempuan untuk mematuhi aturan dan norma yang ditetapkan, dan teman sebaya juga dapat menekan perempuan untuk mengikuti norma-norma yang ada. Tekanan ini dapat mengakibatkan berbagai macam konsekuensi negatif bagi perempuan, seperti rasa rendah diri, depresi, dan masalah kepercayaan diri. Hal ini juga dapat mengakibatkan perempuan kurang bersemangat untuk membangun karir yang sukses, karena mereka merasa tidak nyaman untuk berbicara dan bertindak di luar batasan yang ditetapkan. Kesimpulannya, gender dapat mempengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang di masyarakat maju. Perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki dapat membuat perempuan lebih mungkin untuk dipaksa untuk mematuhi aturan dan norma yang ditetapkan oleh masyarakat. Tekanan ini dapat menyebabkan berbagai konsekuensi negatif bagi perempuan, seperti rasa rendah diri, depresi, dan masalah kepercayaan diri. Oleh karena itu, penting untuk mengakui dan memahami perbedaan gender ini dan memberi perempuan lingkungan yang aman untuk berekspresi. 8. Penting untuk berkomitmen untuk menghapus gender gap dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang untuk menjadi sukses. Gender gap adalah keadaan di mana laki-laki dan perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan. Di masa lalu, gender gap telah menciptakan hambatan bagi perempuan untuk memanfaatkan kesempatan yang tersedia bagi mereka untuk berkembang dan mencapai kesuksesan. Namun, masyarakat maju telah mengalami perubahan yang signifikan dalam menghilangkan gender gap. Di masyarakat maju, gender gap telah mengalami penurunan yang drastis. Perempuan kini telah diberi kesempatan yang sama dalam mencapai kesuksesan, baik di bidang pendidikan maupun profesional. Perempuan kini dapat mengambil bagian dalam berbagai bidang, dari menjadi politisi, akademisi, pemimpin bisnis hingga profesional medis. Ketika gender gap telah disingkirkan, perempuan kini dapat menggunakan keterampilan mereka untuk mencapai tujuan dan kesuksesan mereka. Dalam konteks ekonomi, perempuan telah mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka dan meningkatkan pendapatan mereka. Hal ini telah memberikan perempuan kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab dan memiliki pengaruh yang lebih besar dalam masyarakat. Tetapi, meskipun gender gap telah berkurang, masih ada hambatan yang harus diatasi. Perempuan masih menghadapi ketimpangan dalam bidang pekerjaan tertentu, seperti pekerjaan di bidang teknologi, konstruksi, dan lain-lain. Kebiasaan dan budaya yang masih ada di masyarakat maju juga menghalangi perempuan untuk mencapai kesuksesan mereka. Maka dari itu, penting untuk berkomitmen untuk menghapus gender gap dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang untuk menjadi sukses. Ini dapat dilakukan dengan memperkuat sektor pendidikan, meningkatkan akses perempuan terhadap layanan kesehatan, dan memberikan akses yang lebih luas kepada perempuan terhadap lapangan pekerjaan yang lebih luas. Selain itu, masyarakat maju harus memperkuat dukungan mereka terhadap gender equality dan melakukan berbagai upaya untuk mengurangi ketimpangan gender. Ini termasuk mendorong perubahan sosial, meningkatkan daya tarik perempuan dalam berbagai bidang, dan memberikan akses kepada perempuan untuk menggunakan keterampilan mereka untuk mencapai tujuan mereka. Komitmen untuk menghapus gender gap akan membuat masyarakat maju lebih inklusif dan memberikan kesempatan yang sama untuk semua orang untuk menjadi sukses. Ini akan memungkinkan perempuan untuk memanfaatkan keterampilan mereka untuk mencapai tujuan mereka dan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Ini akan menciptakan lingkungan yang lebih adil dan inklusif, di mana semua orang dapat mencapai potensi mereka dan menjadi sukses. – Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Gender kerap kali diartikan sebagai peran yang terbentuk di dalam masyarakat atas perempuan dan laki-laki. Dalam masyarakat sendiri, diskriminasi berdasarkan gender masih sering terjadi dalam berbagai aspek dan ruang lingkup masyarakat akibat praktik dan budaya patriarki sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama yang masih sangat kuat. Praktik ini kerap merugikan kaum perempuan yang seringkali termarjinalkan. Maka dari itu lah, kesetaraan gender sangat diperlukan. Apalagi menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kesetaraan gender dapat memperkuat negara untuk berkembang, mengurangi kemiskinan, dan memerintah secara efektif. Pendapatan tersebut pun diamini Prof. Dr. Hj. seorang akademisi, penggiat kesetaraan gender, sekaligus Guru Besar Bidang Ilmu Hadis Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Prof. Dr. Hj. Saat diwawancarai oleh Marhumah pun membagikan pandangan dan pemikirannya terkait perempuan terutama dalam Islam dan negara, serta pentingnya kesetaraan gender untuk negara. Berikut petikan wawancara tersebut. Menurut Anda apa yang menimbulkan stigma bahwa Islam tidak memperlakukan perempuan secara setara? Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Islam sering mendapatkan stigma, dianggap sebagai agama yang memarginalkan perempuan. Banyak perempuan dari berbagai negara muslim yang mengalami diskriminasi dan marginalisasi berbasis gender. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh praktik-praktik muslim sendiri yang karena pemahamannya terhadap teks-teks keagamaan tertentu yang cenderung menganggap perempuan sebagai warga kelas dua second class citizen. Jadi, saya kira intinya ada pada pemahaman teks keagamaan yang diinterpretasikan secara bias gender. Karena bagaimanapun, ajaran agama memiliki power yang menentukan aksi masyarakat penganutnya dan mempengaruhi kesadaran bertindak penganutnya. Sebagaimana disampaikan Clifford Geertz, bahwasanya agama merupakan sistem simbol yang menggerakkan manusia berdasarkan makna-makna yang diinterpretasikan dalam eksistensinya di dunia. Oleh karena itu, ketika pemahaman terhadap teks keagamaan diyakini kebenarannya dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, hal itu kemudian dianggap sebagai ajaran agama itu sendiri. Dan cilakanya lagi, ketika seorang muslim melaksanakan atau mempraktikkan keyakinan pemahamannya atas ajaran yang bias gender ini, mereka merasa melakukan perintah agama sehingga praktik-praktik marginalisasi perempuan ini seakan dilegitimasi oleh ayat-ayat al-Qur’an. Meskipun sebenarnya pemahaman itu lebih pada interpretasi saja. Bagaimana negara bisa memberikan solusi untuk kesetaraan perempuan? Negara harus hadir dan bisa memberikan solusi dalam menyelesaikan persoalan ini. Ada banyak cara yang sudah dilakukan walaupun harus terus-menerus kita awasi, peraturan atau kebijakan tentang kesetaraan akses, partisipasi perempuan dalam segala aspek kehidupan, tidak ada diskriminasi terhadap perempuan, dan memastikan bahwa peraturan dan undang-undang tidak bertentangan. Penting juga untuk memberikan peluang politik yang seimbang, memang dari aspek jumlah posisi pemimpin belum seimbang secara signifikan, maka pemerintah perlu melakukan affirmative action untuk terjadinya keseimbangan dalam jabatan dan posisi penting bagi laki dan perempuan. Saya kira, dalam perumusan kebijakan atau perundang-undangan yang sensitif gender gender-sensitivity ini, negara dapat menjalankan fungsinya dalam melindungi dan memberikan keadilan gender. Berbasis pada implementasi kebijakan yang sensitif gender ini, kita berharap akan berdampak pada pemenuhan hak-hak perempuan, penghapusan kekerasan seksual, dan keadilan gender secara umum. Penting pula untuk memastikan bahwa proses internalisasi nilai-nilai kesetaraan ini menjadi salah satu model dalam pendidikan kita, baik aspek metodenya maupun aspek kontennya. Karena masih banyak konten pembelajaran di sekolah yang masih bias gender. Yang tidak kalah pentingnya pemerintah memastikan bahwa internalisasi kesetaraan gender tercermin juga dalam media massa, dan media sosial, karena masa pandemi seperti sekarang ini anak lebih banyak belajar lewat media sosial yang menjadi rujukan dalam melakukan berkegiatan. Apakah pentingnya kesetaraan gender untuk negara? Ya jelas penting! Negara atau pemerintah sebenarnya adalah perwakilan atau “pengabdi” bagi kepentingan rakyat. Dengan demikian, pemerintah harus memastikan fungsi dan tanggung jawabnya untuk menghormati, memenuhi, dan melindungi keadilan gender bagi seluruh rakyatnya. Hal ini penting untuk selalu disuarakan, agar semua terdorong dan memahami urgensinya. Perempuan juga harus berbicara dan melakukan kerja-kerja bersama dalam mem-backup kepentingan ini. Jika kesetaraan atau keadilan gender sudah diwujudkan, maka hal ini juga akan berdampak pada kualitas kehidupan dan iklim demokrasi yang baik di negara ini. Menyimpulkan dari hasil wawancara di atas, peran perempuan sangatlah penting untuk keberadaan negara. Berkaca dari tokoh-tokoh perempuan seperti Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru yang telah mendapat pengakuan dari dunia atau Kanselir Jerman Angela Merkel yang menjadi idola rakyat Jerman, membuktikan perempuan mampu bersaing di lingkungan pemerintahan, ekonomi, politik, sosial dan pendidikan. Indonesia adalah negara demokrasi yang berlandas pada ideologi Pancasila. Itu berarti segala bentuk kebebasan diperbolehkan bila masih dalam konteks lima sila Pancasila dan undang-undang dasar, termasuk dalam permasalahan seksualitas masyarakat. Bunyi sila terakhir dari Pancasila adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Keadilan tersebut haruslah dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia, bukan oleh segelintir golongan tertentu. Tidak ada istilah mayoritas atau minoritas dalam ideologi Pancasila. Semua memiliki kesetaraan dalam undang-undang. Diferensiasi berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan...? Gambar ilustrasi picture-alliance/dpa/ZUMAPRESSUrusan identitas diri ternyata bukan hanya soal jenis kelamin saja, laki-laki atau perempuan. Identitas seseorang rupanya juga menyangkut pikiran dan perasaan orang tersebut. Anda bukan pria jika pikiran dan perasaan Anda lebih condong sebagai perempuan. Kesadaran bahwa jenis kelamin yang melekat pada tubuh seseorang tidak dapat menentukan identitas seksual orang itulah yang menjadi norma baru di dunia. Perbedaan perilaku jenis kelamin Seorang perempuan misalnya dianggap akan berpikir atau bertindak sebagaimana umumnya seorang perempuan, demikian pula dengan laki-laki. Studi awal perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin dilakukan oleh dua psikolog Eleanor E. Maccoby dan Carol N. Jacklin seperti yang ditulis dalam "Reader's Digest A-Z of the Human Body” terbitan tahun 1987. Kedua psikolog itu menganalisis lebih dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti berbeda dan sampai pada kesimpulan ada empat perilaku yang menonjol antara pria dan perempuan, yaitu laki-laki lebih agresif daripada perempuan, laki-laki lebih baik dalam matematika dan kemampuan spasial visual seperti membaca peta, radar. Sementara perempuan lebih mampu dalam hal verbal sehingga lebih mampu berbicara dengan lancar, perempuan mudah memahami materi yang sulit daripada laki-laki. Tentu saja kita perlu menyadari ini adalah kesimpulan dari hasil penelitian yang bisa saja berubah. Proses pembelajaran menjadi perempuan dan laki-laki sejak dini dan faktor lingkungan dianggap memainkan peranan penting dalam membentuk perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin. Tetapi faktor gen turut membentuk perbedaan perilaku antara perempuan dan laki-laki. "Reader's Digest A-Z of the Human Body” memberi contoh foto ketika bermain sepak bola bersama-sama, secara alamiah seorang anak perempuan akan menghindar ketika ada bola yang datang ke arah tubuhnya, sementara anak laki-laki akan menendang bola tersebut. Jenis kelamin alternatif dan gender ketiga Sejak dari janin, dokter kandungan dapat menentukan jenis kelamin berdasarkan kromosom seks yang diuji dari cairan ketuban amniotik. Namun bagi orang-orang tertentu, lahir dengan penis bisa jadi justru tidak membuatnya berperilaku sebagaimana pria. Memiliki payudara yang molek bisa jadi justru menjadi beban bagi perempuan yang tidak merasa dirinya adalah perempuan. Seseorang yang memiliki jenis organ kelamin yang jelas sejak lahir tetapi tidak merasa jati dirinya sesuai dengan jenis kelaminnya, kini bisa menentukan sebagai jenis kelamin Mx, yang dibaca mix atau campuran. Dalam konstruksi sosial, karekteristik pria dan perempuan, peran dan norma membentuk gender yang terdiri dari maskulin dan feminim. Bagi yang tidak merasa cocok dengan kedua gender tersebut, kini sudah bisa memilih gender yang baru yakni netral. Inilah yang terjadi di Nepal. Sebagai sebuah negara berkembang, Nepal justru lebih dulu melonggarkan aturan identitas gender. Pada tahun 2007, Mahkamah Agung Nepal memutuskan warga negara bisa memilih identitas gender menurut perasaan pribadi mereka sendiri. Dokumen resmi seperti paspor bisa mencantumkan jenis kelamin O atau other yang lain sebagai Monique RijkersFoto Monique Rijkers Amerika Serikat di bawah pemerintahan Joe Biden juga sudah mengizinkan mencantumkan Mx sebagai salah satu pilihan selain Mr, Mrs dan Ms. Bahkan di masa Presiden Barack Obama, militer Amerika Serikat meniadakan sekat biologis pria dan perempuan dengan menggunakan ideologi gender yang lebih cair. Berbeda dengan Amerika Serikat, sejak tahun 2019 di Jerman juga memberlakukan jenis kelamin ketiga yang disebut "beragam” bagi orang yang tidak merasa sebagai laki-laki atau perempuan. Tetapi untuk meresmikan status "beragam” tersebut, butuh surat keterangan medis. Dengan demikian alasan perubahan status tidak sekadar karena perasaan belaka. Amerika Serikat di masa Presiden Donald Trump juga mensyaratkan pengujian genetik bagi orang yang ingin mengubah jenis kelamin yang diterima saat atau membuat masalah? Orang dengan kasus seperti Aprilia Manganang yang mengalami kelainan bentuk kelamin saat dilahirkan hipospadia, tentu membutuhkan penanganan medis agar organ kelaminnya jelas. Perubahan jenis kelamin Aprilia Manganang dari perempuan menjadi pria tentu menyelesaikan masalah yang bersangkutan dan tidak membuat norma baru di masyarakat. Berbeda halnya dengan Mx, O atau X dan gender netral yang keberadaannya akan membentuk norma baru dalam masyarakat. Contoh paling sederhana norma baru yang berubah adalah sebutan untuk mereka yang memilih masuk dalam gender ketiga. Apakah akan disapa dengan Bapak untuk seorang yang merasa sebagai perempuan atau panggilan Ibu untuk seorang yang merasa pria? Bagaimana dengan Mx, O atau X apakah kelak akan ada kata baru untuk jenis kelamin ketiga itu? Seorang advokat Skotlandia memilih penyebutan "they/their” sebagai kata ganti pria he untuk dirinya yang berstatus Mx. Pada tahun 2019, Kamus Merriam-Webster mengubah definisi kata "they” mereka yang bermakna jamak sehingga "they” dapat digunakan untuk satu orang yang identitas gendernya bukan pria atau perempuan. Perubahan ini tentu sangat signifikan bagi mereka yang bingung dengan identitas diri mereka. Tetapi akan cukup membingungkan bagi masyarakat sebab butuh penyesuaian norma-norma baru dalam hubungan sosial yang lebih jauh mengubah konstruksi moral dalam masyarakat. Tahun 2019 perusahaan Mattel memproduksi boneka Barbie gender netral yang bisa berganti pakaian dan model rambut pria dan perempuan sesuka hati. Ekspresi gender bisa diwujudkan dengan gaya rambut dan gaya busana. Perempuan pun bisa berambut pendek dan bercelana panjang, namun pria belum tentu bisa memakai rok dan bergincu. Boneka gender netral ini tentu saja bukan mainan yang mendidik sebab gender adalah persoalan serius yang tidak bisa diganti dan diubah sesuka hati. Jika seorang anak sudah diajarkan tentang gender netral sejak dini, kita kelak akan memiliki generasi bingungan. Norma-norma baru inilah yang perlu diperhatikan dengan saksama agar tidak meniadakan norma umum yang sudah membentuk kesadaran moral masyarakat. Sebuah organisasi masyarakat pendukung hak-hak keberagaman gender dan orientasi seksual di Amerika Serikat, Trevor Project, mengklaim 28% dari LGBT berusia antara 13 hingga 24 tahun ingin bunuh diri karena tidak bisa menggunakan pilihan Mx atau gender netral. Mencantumkan Mx di depan nama seseorang atau bergender netral belum tentu meredakan keinginan bunuh diri. Karena itu, solusi terbaik untuk mengakomodasi kebutuhan mereka yang ingin bunuh diri adalah konseling psikologi dan psikiater sebagai langkah awal. Magnus Hirschfeld, seorang dokter Jerman berdarah Yahudi, pendiri Institut untuk Penelitian Seksual di Berlin tahun 1919, berpendapat memahami problem seksualitas dan gender secara ilmiah akan mendorong penerimaan terhadap minoritas seksual. Kata kuncinya adalah pemahaman secara ilmiah sehingga perubahan identitas jenis kelamin dan orientasi seksual bukan sekadar karena merasa atau berpikir, tetapi ada dasar rujukan ilmiah medis dan psikologi guna menentukan identitas jenis kelamin dan menyelesaikan kebingungan gender seseorang. Apakah Indonesia perlu menerapkan jenis kelamin Mx dan gender netral dalam norma masyarakat? Saat ini di Indonesia, peran perempuan sudah meluas namun masih ada ketidakadilan karena latar belakang masyarakat yang mengutamakan pria. Dalam masyarakat, perempuan dan anak sering sekali menjadi korban kekerasan seksual. Masih banyak pekerjaan rumah yang belum selesai. Alih-alih memperjuangkan penerimaan Mx atau gender netral, solusi yang lebih tepat dan berkontribusi positif bagi masyarakat dalam skala yang lebih luas adalah membuka pusat konseling, penyediaan layanan terapi bagi mereka yang merasa terjebak dalam tubuh yang salah, membangun pusat pendidikan seks dan gender sejak dini, melatih orang tua dan para guru serta pengajar sebagai panutan yang bisa membentuk jati diri sesuai jenis kelamin saat lahir. Para tokoh agama diberikan pemahaman seksualitas dan hak asasi manusia agar bisa merangkul Mx dan gender netral. Menerima seseorang apa adanya, termasuk dengan persoalan gender yang dihadapi, justru dapat membangun kesadaran akan identitasnya. monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator IAMBRAVEINDONESIA. *Setiap tulisan yang dimuat dalam DWNesia menjadi tanggung jawab penulis *Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.

diferensiasi berdasarkan gender pada masyarakat maju dikaitkan dengan